pena menari di atas kertas,
lalu jejak hitam membekas.
demikianlah,
bagaimana puisiku tercipta.
jam di dinding berdetak.
rasa meriak lalu mengombak.
sembari bibir berdoa,
semoga akan baik-baik saja.
maafkan pena ini,
ia tak tahu
apa yang tuannya mau.
maafkan pena ini,
ia tak tahu
siapa yang tuannya tuju.
maafkan aku,
karena terus menulis
puisi tentangmu.
19:20 PM
No comments:
Post a Comment