Thursday, May 23, 2019

tugas mulia kita





Bagi mentari, hidup adalah tentang bercahaya tanpa henti. Tugasnya mulia namun juga berat karena ia adalah apa yang dianggap manusia sebagai pusatnya alam semesta. Namun, karena mengetahui Allah selalu membersamainya, maka ia yakin Allah tak membebani kecuali apa yang mampu untuk dilakukannya—dan seperti yang kita ketahui, mentari memanglah sehebat itu.

Bagi hujan, hidup adalah melakukan tugas mulia dari Tuhan; menenangkan hati dan pikiran manusia, menyegarkan bagian semesta yang dijatuhinya, bersua sapa dengan dedaun dan bunga-bunga yang begitu memuja hadirnya, juga mungkin menjadi teman merindu mereka yang setia menanti sebuah temu.

Bagi pelangi, hidup adalah tentang menjadi pertanda kebahagiaan. Kilau warnanya yang ceria setelah hujan yang mendung dan gelap memberi arti sendiri bagi manusia; kemudahan setelah kesulitan.

Setiap yang ada dan hidup di semesta, mempunyai tugas mulianya masing-masing. Dari Allah dan untuk Allah. Tugas mereka bahkan lebih berat dari tugas manusia. Namun, mereka tahu tugas itu dari Allah, maka pasti Allah membersamai.

Itu yang membuat mereka mau, dan mampu.

Karena sejatinya, laa haula walaa quwwata illa billah. Tiada daya dan kekuatan kecuali Allah.

Semoga selalu diberi kemudahan dalam setiap urusan☘



@elsamadaris on ig


hujan pikiran




sebuah doa 

(1)
semoga hari ini
kamu tidak menyesali apa pun.
jika kecewa adalah penguji,
maka bahagia adalah hadiah.

kuatlah.


(2)
aku doakan,
semoga kamu tidak menjadikan siapa pun pelarian.
semenggebu apa pun emosimu,
perasaan tetaplah perasaan.
yang berharga, dan takkan pernah berubah
menjadi sesuatu yang bisa
dipermainkan.


@elsamadaris on ig
photo by: Valentin Muller on Unsplash

Tentang Kemarin, Hari Ini, dan Esok yang Belum Kita Ketahui

Kemarin, malam-malam mungkin menyuguhkanmu kepedihan tanpa usai.


Mendatangkan suara-suara yang menyalahkan keputusanmu, menyalahkan keadaan kalian. Mengenang sikap-sikap yang mau tak mau harus kau terima, meski sesak di dada, meski jantung tertusuk ribuan duri.


Kemarin, tangis tanpa air mata, hingga tangis yang membuatmu ingin mati saja melumpuhkan hati bahkan tubuhmu. Kesehatan fisikmu terganggu. Bersembunyi di balik senyum palsu menjadi keahlian barumu. Setiap malam menjerit kesakitan, namun harus tetap tersenyum begitu pagi menjelang. Sulit, memang. Kau tertatih, merangkak penuh kerapuhan.


Kemarin, hidup sedang benar-benar jahat kepadamu. Di dalam, kau hancur hingga ke dasar. Keinginan hati adalah untuk menyelesaikan segala nyeri. Namun setiap hari ada saja yang mencongkel luka, membiarkannya kembali berdarah-darah, bahkan bernanah. Tak memberimu jeda, tak membiarkanmu rehat barang sebentar saja.


Kemarin, duniamu hancur. Seakan-akan tiada lagi yang bisa dijadikan alasan untuk bertahan. Semua di hidupmu kala itu adalah alasan untuk mati. Alasan untuk pergi dan tidak kembali lagi.





Lalu, hari ini.

Dengan perlahan dan penuh kehati-hatian, kau mulai menghibur hati. Terimalah kenyataan, wahai diri. Tiada yang salah dari kesakitan ini. Hidup adalah tentang hujan dan pelangi, mendung dan cerah, siang dan malam, sedih dan bahagia, sehat dan sakit, berhasil dan gagal. Semua ini wajar kaurasakan. Masih merasakan sakit berarti engkau masihlah manusia, yang tak bisa apa-apa tanpa Tuhannya.


Lalu, hari ini.

Perihal Tuhan, kau mulai kembali menyusun segala yang retak. Keyakinanmu pada janji-janji-Nya; kepercayaanmu pada rencana baik-Nya, yang kemarin sempat sirna akibat luka yang terlalu lebar menganga, mulai kembali kau temukan jalan menuju-Nya.


Lalu, hari ini.

Hidup adalah tentang menyembuhkan diri sendiri. Bukan mereka, bukan orang-orang di luar sana, bukan pula waktu; tetapi dirimu yang akan menyembuhkan luka itu. Sembuh adalah tujuanmu kali ini. Dengan lebih banyak menerima, lebih banyak mengingat-Nya, lebih mengikhlaskan ketetapan-Nya, dan lebih menguatkan doa-doa; munajat kepada-Nya, dan;




Percayalah, besok, akan kautemui.


Hari di mana bahagia membuatmu lupa pada rasa sakit. Hari di mana kau berkata, benarlah keputusanku waktu itu, seharusnya aku tak terlalu banyak menyesalinya. Hari di mana senyumanlah yang menghiasi siang malammu. Pagimu tak lagi penuh senyum palsu. Kau tak lagi berpura-pura bahagia, karena kau telah benar-benar bahagia.


Kemarin penuh pelajaran, hari ini adalah waktu untuk merencanakan kesembuhan, dan besok, kembalilah pada seutuh-utuhnya dirimu, kembalilah pada sebahagia-bahagianya hatimu. Ringanlah langkahmu, ringanlah pundakmu. Terimalah segala ketentuan Allah dalam hidupmu. Rencana-Nya adalah baik. Rencana-Nya pasti baik. Berproseslah, dan besok, tersenyumlah.



Kesembuhan yang utuh menantimu.❤