Kemarin,
malam-malam mungkin menyuguhkanmu kepedihan tanpa usai.
Mendatangkan
suara-suara yang menyalahkan keputusanmu, menyalahkan keadaan kalian. Mengenang
sikap-sikap yang mau tak mau harus kau terima, meski sesak di dada, meski
jantung tertusuk ribuan duri.
Kemarin, tangis
tanpa air mata, hingga tangis yang membuatmu ingin mati saja melumpuhkan hati
bahkan tubuhmu. Kesehatan fisikmu terganggu. Bersembunyi di balik senyum palsu
menjadi keahlian barumu. Setiap malam menjerit kesakitan, namun harus tetap
tersenyum begitu pagi menjelang. Sulit, memang. Kau tertatih, merangkak penuh
kerapuhan.
Kemarin, hidup
sedang benar-benar jahat kepadamu. Di dalam, kau hancur hingga ke dasar.
Keinginan hati adalah untuk menyelesaikan segala nyeri. Namun setiap hari ada
saja yang mencongkel luka, membiarkannya kembali berdarah-darah, bahkan
bernanah. Tak memberimu jeda, tak membiarkanmu rehat barang sebentar saja.
Kemarin,
duniamu hancur. Seakan-akan tiada lagi yang bisa dijadikan alasan untuk
bertahan. Semua di hidupmu kala itu adalah alasan untuk mati. Alasan untuk
pergi dan tidak kembali lagi.
Lalu, hari ini.
Dengan perlahan
dan penuh kehati-hatian, kau mulai menghibur hati. Terimalah kenyataan, wahai
diri. Tiada yang salah dari kesakitan ini. Hidup adalah tentang hujan dan
pelangi, mendung dan cerah, siang dan malam, sedih dan bahagia, sehat dan
sakit, berhasil dan gagal. Semua ini wajar kaurasakan. Masih merasakan sakit
berarti engkau masihlah manusia, yang tak bisa apa-apa tanpa Tuhannya.
Lalu, hari ini.
Perihal Tuhan,
kau mulai kembali menyusun segala yang retak. Keyakinanmu pada janji-janji-Nya;
kepercayaanmu pada rencana baik-Nya, yang kemarin sempat sirna akibat luka yang
terlalu lebar menganga, mulai kembali kau temukan jalan menuju-Nya.
Lalu, hari ini.
Hidup adalah
tentang menyembuhkan diri sendiri. Bukan mereka, bukan orang-orang di luar
sana, bukan pula waktu; tetapi dirimu yang akan menyembuhkan luka itu. Sembuh
adalah tujuanmu kali ini. Dengan lebih banyak menerima, lebih banyak
mengingat-Nya, lebih mengikhlaskan ketetapan-Nya, dan lebih menguatkan doa-doa;
munajat kepada-Nya, dan;
Percayalah,
besok, akan kautemui.
Hari di mana
bahagia membuatmu lupa pada rasa sakit. Hari di mana kau berkata, benarlah
keputusanku waktu itu, seharusnya aku tak terlalu banyak menyesalinya. Hari
di mana senyumanlah yang menghiasi siang malammu. Pagimu tak lagi penuh senyum
palsu. Kau tak lagi berpura-pura bahagia, karena kau telah benar-benar
bahagia.
Kemarin penuh
pelajaran, hari ini adalah waktu untuk merencanakan kesembuhan, dan besok,
kembalilah pada seutuh-utuhnya dirimu, kembalilah pada sebahagia-bahagianya
hatimu. Ringanlah langkahmu, ringanlah pundakmu. Terimalah segala ketentuan
Allah dalam hidupmu. Rencana-Nya adalah baik. Rencana-Nya pasti baik.
Berproseslah, dan besok, tersenyumlah.
Kesembuhan yang
utuh menantimu.❤